Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua, Merawat Orang Tua, dan Memuliakannya dalam Islam

Berbakti kepada orang tua bisa diajarkan sejak dini. (Pixabay)

Pada suatu ketika, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang sahabat kemudian bertanya, “Siapakah yang kasihan duhai Rasululullah?”  Beliau kemudian menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, ataupun salah satu dari keduanya, ketika mereka (orang tua itu) sudah menua, namun tidak bisa membuat (anaknya) masuk surga.” [HR Muslim]

Bagaimana Seorang Anak yang Bersama Orang Tuanya Dikatakan Merugi
Hadis tersebut dengan jelas menyatakan bagaimana ruginya seorang anak yang orang tua sepuhnya masih ada, namun tidak berbakti pada kedua ataupun salah satunya. 

Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam, berulang kali menyatakan kasihan, kasihan, kasihan. Sungguh rugi. Begitu tepatnya. 

Jadi, bukan orang tua sepuh yang untuk jalan saja tidak mampu, yang patut dikasihani namun adalah kita—sebagai anak—yang tak mampu menunjukkan bakti tinggi. 

Hadis tersebut juga menjawab kehidupan modern millenial saat ini, ketika anak-anak sudah mapan secara ekonomi dan berkesibukan tinggi, tapi tak kunjung memiliki waktu untuk berbakti pada orang tuanya. 

Seringkali kita beranggapan keberadaan orang tua sepuh, baik di rumah ataupun di kediaman orang tua sendiri, sangatlah menyusahkan. Bahkan terkadang, anak-anak malah menjauh, dengan alasan kesibukan kerja, dan segudang alasan lainnya. 

Antara saudara seringkali melempar tanggung jawab keperawatan orang tua sepuh. Saling menyalahkan, dan tak mau rugi waktu ataupun tenaga. Apalagi jika mengeluarkan materi. 

Mereka inilah yang dikatakan Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam dalam keadaan yang sangat merugi. Memiliki kunci emas untuk memasuki surga, namun disia-siakan begitu saja. 

Manfaat Berbakti pada Orang Tua 
Ada begitu banyak keutamaan dalam berbakti pada orang tua dalam Islam. Berbakti sekaligus memuliakan orang tua tidak akan pernah merugikan anak. Selama bakti itu tidak melenceng dari syariat Islam. 

Kisah menakjubkan Uwais Al-Qarni yang demikian berbakti pada ibunya sangat kita kenal dengan baik. Bagaimana Uwais yang tidak pernah dikenal orang lain, tapi masyhur di penjuru langit.

Uwais yang memiliki penampilan fisik biasa saja, dekil, dan tak menarik ini, justru meraih kemuliaan tertinggi karena baktinya pada sang ibu. 

Penuh cinta Uwais berlatih menggendong sapi dari satu bukit ke lainnya, hanya untuk membesarkan tenaga tubuhnya agar kelak bisa membawa sang ibu pergi menunaikan ibadah haji ke Masjidil Haram. 

Maka, saat tubuhnya sudah kuat, Uwais yang miskin ini pun kemudian sanggup menggendong ibunya yang renta dari Yaman ke Mekah. Demi cinta dan baktinya Uwais pada ibunya. 

Uwais memang tidak pernah bertemu Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam, sebab saat Uwais hendak bertemu Rasulullah, ternyata ibunya sedang sakit di Yaman. Maka pulanglah Uwais untuk merawat ibunya. 

Namun karena keutamaan yang dimiliki Uwais, Rasulullah pernah berpesan agar sahabat-sahabat beliau meminta doa dari Uwais. 

Hingga Khalifah Umar bin Khattab, serta Khalifa Ali bin Abi Thalib pun mencari Uwais untuk sekadar meminta doa dan nasihat. Karena jika Uwais berdoa, maka Allah akan mengabulkan doanya.

Begitulah kisah teladan Uwais Al-Qarni yang harusnya menjadi sebuah peringatan bagi kita agar memuliakan orang tua sepuh dengan segenap hati. 

Hadis Tentang Merawat Orang Tua
Anak-anak yang merawat orang tuany dengan sepenuh hati, tentu saja akan mendapatkan jaminan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Taala. Selain itu, yang paling utama adalah mendapatkan surga. Sebagaimana hadis berikut. 

“Orang tua merupakan pintu pertengahan menuju surga. Apabila engkau mau, silahkan pelihara (rawatlah) orang tua. Apabila tidak mau, maka jangan pedulikan.” [HR At-Tirmizi]

Kata-kata pertengahan dalam hadis tersebut merupakan kata tersirat dari pintu terbaik, demikian pendapat para ulama sebagaimana dikutip oleh Majalah Ummi XXIII (12/2011).

Sedangkan saat di dunia, keberkahan akan menaungi anak-anak yang memuliakan orang tunya. Dari mulai keberkahan rezeki, keberkahan hidup, hingga keberkahan umur. 

Selain itu, anak-anak yang berbakti pada orang tuanya akan memiliki rasa tenteram yang luar biasa, sebab kelak anak-anaknya pun akan berperilaku demikian terhadapnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut.

“Hendaklah engkau berbakti kepada orang tuamu, sehingga kelak anak-anakmu akan berbakti pula kepadamu.” [HR At Tirmizi]

Sebaliknya, hal ini tidak berlaku bagi mereka yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Keberkahan hidupnya akan lenyap. Apalagi jika orang tua tidaklah rida kepadanya. Sebab, keridaan orang tua adalah keridaan Allah, selama tidak menyimpang dari syariat Islam. 

Hal ini dijelaskan pula dalam hadis yang menyatakan bahwa Allah akan menangguhkan beragam balasan (azab) kepada manusia, kecuali azab durhaka pada orang tua. 

Adanya kewajiban berbakti kepada orang tua ini, berlaku hingga akhir hayat. Apabila orang tua telah tiada, kita masih bisa berbakti kepada beliau dengan menyambung silaturahmi dengan saudara-saudara, teman, dan kerabat orang tua. Menunaikan wasiat dan ilmunya, serta mendoakannnya dengan doa terbaik. 

Semoga Allah berikan kepada kita kesempatan untuk menjadi anak-anak salih dan berbakti kepada orang tua. Serta memberi anugerah kita dengan anak-anak yang salih dan salihah. Aamin.[]



Komentar

Postingan Populer