Memahami Padanan Makna dalam Penerjemahan
Pernahkah Anda membaca
hasil terjemahan namun merasa susah mencerna setiap kalimat yang disajikan?
Entah itu terjemahan novel, buku nonfiksi, ataupun makalah penelitian?
Foto ilustrasi Pixabay |
Seringkali, hal yang
membuat hasil terjemahan sangat sulit dipahami hingga kadang terjadi distorsi
makna adalah sikap penerjemah sebagai perantara pemadanan makna. Sikap
penerjemah terhadap bentuk struktur luar (surface structure) bahasa sumber dan struktur
dalam (deep structure-nya) berbeda.
Ada yang mati-matian ‘setia’ dengan
struktur luar sekaligus struktur dalam bahasa sumber. Ada yang proporsional
memahami bahwa struktur bisa berubah karena karakter tiap bahasa berbeda, namun
berusaha mempertahankan makna bahasa sumber (Bsu) semaksimal mungkin ke dalam
bahasa sasaran (Bsa). Kita pun kemudian mengenal hasil terjemah harfiah,
terjemah setia, terjemah makna, dan terjemah kontekstual.
Idealnya, penerjemah berusaha
mengubah struktur luar (surface structure) bahasa sumber—berupa klausa, frasa,
ataupun kalimat—untuk menyampaikan informasi dan makna (deep structure) bahasa
sumber semirip mungkin ke dalam bahasa sasaran. Maksudnya, yang berubah dalam
proses penerjemahan adalah struktur luar bahasa sumber, sementara maknanya
dipertahankan sebaik mungkin. Hal inilah yang dikemukakan oleh Larson dalam
buku legendarisnya “Meaning Based Translation”.
Saya sangat merekomendasikan
buku karya Larson ini kepada penerjemah-penerjemah muda. Khususnya penerjemah
pemula yang mungkin belum pernah mendapatkan kursus, diklat, atau pendidikan
yang spesifik mengenai seni menerjemahkan. Kalau teman-teman yang kuliah di sastra,
baik Sastra Indonesia ataupun Sastra Bahasa Asing, bisa mengikuti sekian sks
tentang ilmu penerjemahan dengan baik. Sehingga, memiliki ‘mukadimah’ mengenai
pekerjaan menerjemahkan.
Era Penerjemahan Mesin
Dulu, mungkin kita akan
kesulitan mencari makna terjemah dari sebuah teks. Harus memiliki atau membuka
kamus-kamus setebal bantal. Namun, sekarang aplikasi Google translate dan Bing
membuat kita bisa menikmati terjemahan ‘instan’ walau kadang sulit dipahami
maknanya. Sebab, penerjemahan mesin pastinya bukan terjemahan yang ideal, layaknya
terjemahan yang dihasilkan oleh manusia. Apalagi jika menerjemahkan paragraf
panjang. Jelas-jelas hasil terjemahan yang muncul sangat kaku, susah
dimengerti, dan keluar dari makna aslinya.
Sehingga proses hard editing haruslah dilakukan jika seorang penerjemah menggunakan mesin untuk 'men-scan' teks terjemahnya. Walaupun, penerjemahan dengan mesin bukanlah hal yang saya anjurkan.
Menerjemahkan tetaplah sebuah seni. Lahir dan keterampilan seorang penerjemah dalam mengolah proses penerjemahan
untuk melahirkan karya terbaik.
Padanan Penerjemahan Ideal
Padanan dalam
penerjemahan merupakan keseimbangan makna antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
Seorang penerjemah yang menitikberatkan kajiannya pada teks-teks transkultural,
berkeyakinan bahwa padanan makna merupakan sebuah puncak prioritas dalam
penerjemahan. Menurut Kade, suatu makna yang akan diubah dalam bahasa sasaran
dikontrol oleh hubungan terstruktur antara bahasa sumber dan bahasa sasaran
yang membentuk relasi padanan yang potensial.
Artinya, antara bahasa
sumber dan bahasa sasaran terjadi semacam dialog ‘tawar menawar’ untuk menghasilkan
bahasa sasaran dalam bentuk teks.
Padanan makna dalam
bahasa sumber bukanlah merupakan padanan harfiah dalam bahasa sasaran. Sebab,
untuk memilih padanan makna haruslah diperhatikan konteks dan lingkungan
linguistiknya. Terjemahan dalam bahasa sasaran diharapkan sewajar mungkin.
Seperti kata ﻀﺮﺐ yang memiliki 101 makna yang ditentukan
oleh konteks kalimat dan lingkup linguistiknya.
Penerjemah yang hanya
memindahkan bahasa saja, tanpa memperhatikan makna kontekstual dan budaya
sebuah kalimat jelas akan menghasilkan terjemahan harfiah yang sama sekali
tidak memiliki bobot.
Terjemahan harfiah
sudah ditinggal jauh berabad-abad lampau. Jadi, jika ada yang menghidupkannya
dengan alasan deadline dan tidak mau repot menerjemahkan—sehingga menggunakan
mesin penerjemah saja. Hasilnya akan ditolak oleh editor. Pastinya, nilai
kredibilitas Anda sebagai penerjemah akan jatuh begitu saja. Sayang sekali,
bukan? []
Komentar
Posting Komentar