3 Alasan Kenapa Lelaki Enggan Menikah

Menjomblo untuk menikmati kesendirian?
Beberapa dekade lalu, mungkin kita menemukan generasi yang lebih cepat untuk menyambut kehidupan baru dengan menyegerakan pernikahan. Sebentuk kesungguhan dan dibalut perjuangan telah cukup mendorong para lelaki ini untuk segera mempersunting bidadari pilihannya. Lewat orang tua, secara langsung, ataupun melalui teman sendiri. Pernikahan demi pernikahan berlangsung begitu mudah dan cepat. 

Sudah bekerja, masih kuliah, ataupun baru merintis usaha, Sunda-Jawa, Batak-Madura, Padang-Betawi, tidak menjadi soal yang berarti. Niat menikah cukup kuat untuk segera direalisasikan. Bahkan terkadang orang tua dengan kening masih berkerut berusaha menerima keputusan putra-putra tersayang mereka. Menikah adalah ibadah, sebuah sunnah Rasul yang semestinya disegerakan.

Namun, ternyata hal tersebut berbeda di hari ini. Jumlah lelaki lajang menggunung tinggi disusul dengan jumlah perempuan yang juga belum menikah. Pernikahan yang terjadi juga tak secepat dulu. Lebih sulit terjadi, dan lebih sukar ditemui di usia ideal.

Beda Generasi, Beda Persepsi
Jika dahulu, di era 80-an, menikah di usia 20-an tahun tergolong sudah terlambat. Namun, hari ini melajang hingga usia 30-an tahun sudah merupakan hal yang biasa-biasa saja. Bahkan sudah mendekati 40-an tampaknya tidak ada tanda-tanda untuk mengibarkan bendera putih pernikahan. 
Terang saja, pihak perempuan juga banyak dirugikan.

Sebab, kebanyakan perempuan lebih menginginkan mempercepat pernikahan karena beberapa faktor. Misalnya karena keinginan mengakhiri kesendirian, jam biologis yang ketat, dan juga harapan untuk mendapatkan cinta dari lelaki yang dipujinya.

Tentu saja, hal ini merupakan indikasi bahwa beda generasi tentu saja beda persepsi. Industrialisasi dan juga pragmatism telah demikian kuat membudaya di era ini. Hal ini konon sangat kuat mempengaruhi para lajangers yang belum juga menikah ini.

Saya bahkan juga berpendapat jika kaum lelaki ini memang nyaman dengan posisi sebagai jomblo ketimbang terikat hidup dengan seorang perempuan. Mungkin keenakan hidup melajang, ataupun memiliki mindset tertentu sehingga memandang pernikahan bagai sebuah hantu.

Penurunan Kualitas Iman
Ah, ini bukan sebuah justifikasi mentah dan tak berarti. Jika kaum perempuan (baca: akhwat) cenderung lebih bersikap pasif dan menanti, maka seharusnya kaum lelaki (baca: ikhwan) mempunyai keinginan tinggi untuk segera menyempurnakan agamanya. Sebab, siapapun tahu bahwa menikah adalah bagian dari sunah Rasulullah Saw. bahkan beliau mencela kaumnya yang cenderung memilih jalan melajang (tabattul).

Jika ruhani dan kuatnya iman belum cukup untuk menjadi bekal mewujudkan pernikahan. Lalu bekal apalagikah yang dinanti?

Jika kita mendapati begitu mudahnya para pendahulu kita menikah di saat dunia masih sederhana, dan teknologi tidak liar menginvasi sendi-sendi kehidupan pribadi, seharusnya kini pernikahan lebih mudah diwujudkan.

Sebab itulah, jika anda termasuk dari para lelaki yang enggan untuk menikah, maka ada hal yang perlu segera dicermati dari sisi psikologis. Menurut psikolog Indra Sakti dalam sebuah media keislaman.

“Tetapi kalau sekiranya sudah berusia 30 tahun, namun belum juga memiliki keseriusan dalam mencari pasangan hidup dan ataupun menjadi orang tua, maka orang ini mungkin memiliki pribadi yang memang tidak utuh lagi. Sebab ada sesuatu hilang di dalam pribadinya.”

Sebab itulah, lelaki yang betah menjomblo hingga usia 35-an cenderung memiliki gaya hidup bebas seperti dugem, foya-foya, ataupun melakukan kegiatan yang tidak ada manfaatnya. Hal ini terjadi karena ia telah kehilangan orientasi dalam hidupnya dan berpikiran pendek.

Syarat dan Pilihan yang Terlalu Rumit
Adalah wajar memiliki syarat dan pilihan yang berbeda dengan lelaki lain yang memutuskan untuk menikah lebih cepat. Namun, menjadi tidak wajar jika syarat itu malah menyulitkan seseorang untuk menikah. Misalnya, ingin akhwat kedokteran yang cantik dan salihah. Sebenarnya boleh saja keinginan tersebut. Namun jika usia telah lewat 35-an dan telah menjelang angka 40-an apakah syarat tersebut tidak malah menyulitkan lagi?

Umumnya, soal kemapanan juga menjadi hal yang mengganjal bagi para lelaki untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Seolah tidak memercayai bahwa rezeki ada di tangan Allah. Memang, keinginan memanjakan pasangan kelak, dan juga memiliki rumah tangga yang ideal boleh-boleh saja. Namun, jika usia merangkak naik dan rezek tak kunjung membaik haruskah menunda hal yang benar-benar sunnah?
 

Alasan Sebenarnya 
Secara psikologis, sebenarnya keengganan seorang lelaki untuk melangkah lebih serius dan menikah adalah sebagai berikut. Pertama, tidak menemukan tipe perempuan apakah yang kelak cocok menjadi istrinya, kedua, keraguan dan keengganan memikul tanggung jawab, ketiga, ketidakmandirian sosial dan masih tergantung keluarga, seperti sudah bekerja namun masih hidup bersama orang tua.

Sebab itu, sebenarnya alasan yang paling utama kenapa para lelaki ini betah melajang hingga usia semakin matang adalah kepribadiannya yang belum tuntas. Belum mampu memilah mana yang mungkin harus didahulukannya dengan segera. Sebab sekali lagi, menikah adalah sunah.[]

Komentar

Postingan Populer