Taaruf Cinta untuk Engkau yang Ingin Menikah


Sebuah kisah nyata membuat saya merenung, akhwat A (sebut saja begitu) adalah mahasiswi salehah di sebuah kampus ibukota, mengenal ikhwan B di fakultas yang sama. Tampaknya, mereka sama-sama tertarik. Namun, karena menjaga hati dan iman, mereka tidak pacaran, dan hanya berurusan masalah organisasi dakwah semata. 



Taaruf adalah salah satu ikhtiar mencari pasangan saleh salehah. [Pixabay]


Hingga tahun berganti, dan akhwat A seperti menunggu sang ikhwan B untuk meminang dirinya. Resah tentu saja membuat akhwat A dilanda rasa tidak menentu. Karena kabar dari ikhwan B yang konon sudah bekerja semakin jarang. 

Beberapa kali, akhwat A menolak ikhwan yang ingin menikahinya, karena perasaannya terhadap ikhwan B demikian dalam. Bertahun-tahun lamanya akhwat A menunggu. Hingga suatu ketika pada sebuah titik akhwat A paham, jika ikhwan B tidak memiliki ketertarikan untuk menjalin hubungan serius dalam pernikahan. 

Tak lama kemudian, akhwat A pun menikah dengan ikhwan saleh pemberani yang datang dengan setumpuk proposal taaruf. Nyali sang ikhwan pemberani ini membuat akhwat A mantap untuk menikah, walaupun taaruf mereka hanya dalam hitungan minggu. Obrolan singkat di hp, dan informasi dari seorang ustaz, yang merupakan guru ikhwan pemberani tersebut. 

Bagaimana dengan kabar ikhwan B? Bertahun-tahun kemudian, ikhwan B yang ternyata pacaran (Hah? Apakabar fikih ikhtilat?) akhirnya menikah juga. 
Apa moral story dari cerita nyata ini? 

Jangan Mencintai Sebelum Akad Sah Diucapkan 
Benar. Khususnya, buat para akhwat salehah yang memiliki hati selembut kapas. Mungkin, gerak gerik ikhwan saleh, ketaatan mereka, tampilan yang islami, dan seringnya bertemu untuk saling berkoordinasi dalam dakwah bisa membuat setan meniupkan buhul-buhul cinta yang dilarang. Cinta prematur yang seharusnya belum. Cinta yang hanya menyeret angan-angan. 

Apalagi dengan aksi menunggu ikhwan incaran untuk melamar. Aduh, hari gini Mbak? Yang ada malah usia menua, dan waktu habis untuk orang yang belum jelas akan melamar kita. 
Hargailah dirimu, Akhwat Salehah. Jangan menjatuhkan hati pada orang yang belum sah menjadi milik kita. Tetap patuhi rambu syariat, agar hati dan iman terjaga. 

Beranilah Mengajak Taaruf Jika Terlanjur Jatuh Hati
Yah, hati kadang memang tidak bisa dibohongi untuk kagum pada seseorang. Jika demikian, kenapa tidak mengajaknya taaruf untuk menikah. Tak apa, perempun dulu yang mengajak taaruf seperti halnya kisah Muslimah di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berikut. 

“Seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya ia (ia sendiri) telah menyerahkan dirinya untuk Allah dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam.’ Beliau berkata, ‘Aku tidak memiliki kebutuhan terhadap wanita.’ Lalu seorang laki-laki berkata, ‘Nikahkan aku dengannya.’ Beliau berkata, ‘Berikan kepadanya pakaian!’ Orang itu berkata, ‘Aku tidak memilikinya.’ ‘Berilah ia meskipun cincin besi,’ lanjut beliau. Ia pun memberikan alasan (ketiadaannya). Lalu beliau bertanya, ‘Apa yang kamu hafal dari surat Al-Qur’an?’ Ia menjawab, “Ini dan itu.’ Beliau bersabda, ‘Aku telah menikahkanmu dengannya dengan mahar hafalan Al-Qur’an-mu.’” (HR. Bukhari)

Sampaikan keperluanmu, Akhwat Salehah pada ustazah atau teman. Untuk menyampaikan keinginanmu bertaaruf dengan ikhwan tertentu. Jangan malu. Ini lebih baik daripada menunggu hingga bertahun-tahun dan akhirnya lumutan tak menentu. 

Berinteraksi dalam Batasan Syariat
Taaruf yang artinya saling mengenal, bukan ajang pacaran dengan sms atau pesan whatshapp dan line, seperti, “Sudah makan, Ukhti?” “Shalat Zuhur, yuuk.” Dan lain-lain. Hal-hal baik yang dibingkai dengan maksud saling memberi perhatian tak perlu. Karena bisa menjerumuskan dalam maksiat. 

Jangan Takut Ditolak
Ini sama-sama dialami ikhwan ataupun akhwat. Takut ditolak, tapi tidak takut menebar pesona. Apa pula ini? Beranilah untuk melangkah ke jenjang serius. Jangan takut, toh dengan keberanian taaruf engkau akan mampu menjaga hati. Taaruf adalah salah satu ikhtiar mendapat jodoh saleh salehah. 

Jangan Mau Menunggu 
Benar, Akhwat Salehah. Menunggu menjadi andalan para akhwat yang ‘naksir’ ikhwan tertentu. Ini tidak sehat, karena menunggu sesuatu yang tidak jelas. Mending menunggu azan Maghrib yang jelas berkumandang, ketimbang kedatangan ikhwan yang nyalinya saja masih dipertanyakan. Bukan begitu, Ukhti? []

Komentar

Postingan Populer