Enam Cara Jitu Menaklukan Hati Mertua yang Suka Ikut Campur

Kehidupan rumah tangga tidak hanya melibatkan suami dan istri, melainkan keluarga besar. Kata orang, jika sudah menikahi seseorang, berarti juga ‘menikahi’ keluarganya. Bukankah begitu? Bagaimana jika mertua suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya? 

Tentu sebagai menantu, kita kadang tidak enak hati. Mau menegur, kok rasanya tidak sopan. Tapi, kalau diam saja malah beresiko pendidikan anak, ataupun keberlangsungan rumah tangga. Jadi, harus bagaimana baiknya?

Jadilah sahabat terbaik mertua.

Bersikap Santun Namun Memiliki Prinsip 
Memandang mertua sebagai rival dalam merebut hati suami/istri sebenarnya tidak baik. Selain hanya akan membuat jurang pemisah semakin dalam, hal itu juga akan berimbas pada interaksi kita dengan mertua. Sikap santun, dan menawarkan persahabatan pada mertua akan membuat kita bisa menjalin interaksi dengan luwes dan tidak kaku. Dengarkan pendapat mertua jika ia sedang memberikan saran dan nasihat. Kalau bertentangan dengan prinsip kita, katakan dengan baik dan sopan.  

Miliki Pengetahuan yang Cukup 
Terkadang, cara kita mengasuh anak atau melayani suami bertentangan dengan prinsip mertua. Memang, mertua memiliki pengalaman luas dalam membina rumah tangga. Namun, bukan berarti metode yang diterapkannya bisa sesuai dengan rumah tangga kita. Sebab itu, milikilah pengetahuan yang cukup. Bekali diri dengan pengetahuan kerumahtanggaan. Bisa dari buku motivasi, buku parenting, seminar, workshop, pengajian, dan lain-lain. 

Bersepakat dengan Suami/Istri
Katakan sejujurnya pada suami/istri apabila kita sedang memiliki masalah tertentu dengan mertua. Tanpa maksud mengadu domba. Sehingga, kita mendapat dukungan moril dari pasangan. 
kita juga bisa mengatakan pada mertua, apabila ada saran beliau yang kurang bisa kita terapkan, sehingga kita membutuhkan pendapat suami/istri. 

Mengontrak Lebih Baik Ketimbang Tinggal di PMI (Pondok Mertua Indah) 
Salah satu hal utama yang paling penting adalah bersikap mandiri. Artinya, saat berumahtangga kita tidak serumah dengan mertua. Sebab, kadang jika tinggal serumah tanpa sesuatu yang darurat—kadang mertua tinggal sendirian—malah membuat rumah tangga kita tidak lagi sehat. Sebaik-baik mertua tentu saja ada batasnya. Maksudnya, ada perbedaan dengan menantu. 

Entah itu soal cara melayani suami, mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak, dan lain-lain. Tinggal serumah dengan mertua, apalagi ada saudara ipar lainnya dapat membuat rumah tangga kita kehilangan privasi. Sekaligus tidak menyehatkan. Mengontrak jauh lebih baik ketimbang harus berjubel dengan mertua, ataupun saudara ipar. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sebagai berikut. “Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Kemudian seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Yang dimaksud di sini adalah saudara ipar laki-laki ataupun perempuan, serta keluarga dekat suami/istri yang bukan mahram. Dikatakan sebagai ‘maut’ maksudnya merupakan hal-hal yang kita perlu berhati-hati berinteraksi dengannya. Sebab, jika berlebihan bisa menimbulkan fitnah. Misalnya saja adanya interaksi khalwat. 

Sebenarnya Tujuannya Sama 
Tentu saja, mertua haruslah tetap kita hormati sebagai bagian dari keluarga dan sekaligus orang tua. Mertua dengan segala kecerewetannya sebenarnya sangat menginginkan kebaikan untuk kita. Ingin turut andil mengasuh anak, dan memberikan yang terbaik untuk keluarga kita. Hanya saja, terkadang mungkin beliau kurang bisa menyampaikan pendapat. Jadi, sebaiknya dinginkan kepala dan rasakan bahwa kita akan baik-baik saja. 

Mertua Tetap yang Terbaik 
Katakan pada mertua, bahwa mereka adalah yang terbaik dalam hidup kita dan keluarga. Bisa juga kita memberikan hadiah oleh-oleh ataupun buah tangan yang manis saat berkunjung ke mertua. Mengucapkan doa untuk beliau, dan tak lupa meminta restunya. Pastinya, mertua akan meleleh saat kita melakukan hal tersebut. Nah, tidak sulit bukan menaklukkan hati mertua?[]