Cara Mudah Menerbitkan Buku untuk Pemula

Beberapa kiriman pertanyaan seringkali menghampiri inbox fesbuk saya. Sekedar menyapa, atau memberikan apresiasi terhadap buku yang pernah saya tulis.  Ada juga yang bertanya-tanya mengenai cara menerbitkan buku.




Suka menulis
Sebelum aktif menulis seperti sekarang, saya sudah menyukai dunia tulis menulis sejak kecil. Sejak sekolah dasar bahkan. Dulu, seingat saya walaupun nilai matematika saya bagus, tapi tak pernah berminat untuk ikut olimpiade matematika, malah maunya ikut lomba mengarang. Hehe.

Tapi, saat itu saya belum pernah menerbitkan karya di media cetak. Sekedar menulis di mading pesantren, atau menulis cerpen serta cerbung di sebuah buku. Buku itu pun keliling pesantren sampai lecek. Cerpen dan cerbungnya macam-macam. Sebagai santri, memang hiburan sangat terbatas di dalam dinding pesantren. Jadilah buku dengan tulisan tangan itu gentayangan kemana-mana.

Nah, baru di tahun 2007 pasca menikah, suami yang kebetulan memiliki kenalan seorang jurnalis di sebuah media Islam, memberikan peluang untuk menulis cerpen dan opini. Beberapa kali tulisan saya ada di Sabili, kemudian merambah Jawa Pos.

Tahun 2009, saya berkenalan dengan dunia konten. Lewat teman baik saya, yang sama-sama penulis wanna be juga. Jadi penulis konten web di sebuah jasa penulisan artikel. Dari sini saya mulai agak mengerti mengenai industri jurnalistik. Ada industri besar di balik tulisan yang kita sajikan. Ada sebuah pergerakan ideologi sekaligus perang keuntungan antar pemilik modal sekaligus penulisnya. *Diih ini agak berat ya.

Berkenalan dengan Agensi Naskah
Tahun 2010 saya berkenalan dengan sebuah agensi naskah di Bandung. Lewat agensi naskah inilah beberapa buku saya terbit dengan mudah. Agensi naskah merupakan perantara antara penulis dan penerbit. Lewat agensi, hak-hak penulis biasanya lebih bisa diperhatikan dan diperjuangkan. Sebab tidak semua penerbit loyal pada penulis. Ada saja yang 'nakal' dengan mangkir pembayaran. Tentu saja, ada pembagian royalti ataupun fee menulis di dalam agenis. Tapi, itu fair kok, apalagi kalau kita baru saja menginjak dunia penerbitan.



Buku saya lainnya, dan termasuk best seller adalah Kisah Nyata Para Pencari Tuhan (Muhasabah Menuju Hidup Kafah) dan sekuelnya Kisah Nyata Para Pencari Tuhan (Muhasabah Menuju Hidup Kafah) terbitan Galang Press Publisher Jogjakarta 2015. Sudah ada di Gramedia , Toga Mas atau toko buku terdekat. Yuk diserbu, mengail hikmah dari para perindu hidayah. 


Jika ingin mengajukan naskah pada sebuah agensi, sebaiknya pelajari dulu track record dari agensi naskah tersebut. Jika track recordnya bagus, dan isi SPP (Surat Perjanjian Penerbitan) nya fair maka layak anda teruskan. Tapi, jika anda melihat track record dari agensi naskah ini agak mencurigakan maka sebaiknya urungkan niat untuk menjalin kerjasama di sana.

Dari mana kita tahu agensi naskah yang bagus dan tidak? Jika agensi naskah itu sudah banyak menelurkan penulis, buku-buku yang dibidani juga banyak menghuni rak buku, maka agensi ini bisa kita percaya. Cermati track record nya dari penulis-penulis yang sudah menjalin kerjasama dengannya.

Salah satu buku saya lainnya, dan termasuk best seller adalah Kisah Nyata Para Pencari Tuhan (Hidup Kafah Berkat Hidayah). Buku ini terbit atas bantuan agensi naskah juga di Bandung. Sistem kontraknya royalti. Alhamdulillah, tiga bulan pasca launching buku kisah-kisah inspiratif ini cetak ulang.

Selanjutnya, di tahun berikutnya, Penerbit Galang Press Jogjakarta meminta saya secara langsung untuk menulis sekuel keduanya. Buku ini pun terbit di tahun ini. Alhamdulillah.

Menembus Penerbit
Jadi, untuk menerbitkan naskah kita di sebuah penerbit mayor hal yang paling dibutuhkan adalah kemauan dan nyali besar. Sebab, tidak semua penulis pemula bisa melewati proses pembelajaran ini. Tapi, juga jangan mempersulit diri dengan meragukan kemampuan diri sendiri.Mending berjuang berdarah-darah ketimbang potensi terkebiri bukan?

Buku saya terbit pertama di tahun 2012 dan hingga tahun 2015 ini sudah ada sekitar 13 buku yang terbit. Menurut saya, menulis itu proses belajar, membagun networking, menangkap peluang, dan membumikan ide-ide kita. Syukur-syukur jika merupakan amal jariyah untuk tabungan di akhirat kelak.

Apakah menerbitkan buku harus membayar? Tentu saja tidak. Menerbitkan buku tidak membayar, bahkan kita yang dibayar. Kalau anda menerbitkan buku kemudian dimintai ongkos, tanya sekali lagi, untuk apa anda menulis buku itu? Apakah sekedar hanya ingin menulis dan memiliki buku? Berbeda jika anda membutuhkan buku dengan nama anda untuk proses kenaikan pangkat, ataupun pengajuan beasiswa ya. Sah-sah saja jika menerbitkan buku lewat jalur indie publishing.

Tapi, jika anda berniat menjadikan profesi menulis adalah salah satu profesi yang anda tekuni. Maka singsingkan lengan baju, bersiaplah untuk berjuang. Bisa kok kita menulis, apapun profesi kita. Luangkan waktu setidaknya 30 menit per hari untuk menulis saja. Lama-lama kita akan terbiasa. Dan merasa aneh jika tidak menulis. Hehe.

Proses Pengajuan Naskah
Lalu, bagaimana proses pengajuan naskah di penerbit? Untuk menjawabnya, sebaiknya kita berkenalan dengan profil penerbit yang kita tuju. Jika fiksi seperti novel, maka tema, teknik penulisan harus menyesuaikan dengan penerbit yang kita inginkan. Sekarang, akses internet memudahkan kita untuk mengirimkan naskah via email. Namun, tidak semua penerbit mau menerima naskah lewat email, ada beberapa penerbit yang hanya menerima naskah cetak saja.

Masa menunggu diterima tidaknya naskah kita sebaiknya dimanfaatkan untuk menulis yang lainnya. Kalau saya, biasa memiliki dua proyek dalam dua bulan atau 4 bulan. Jadi, terhindar dari kekosongan tulisan. Saat ini ada salah satu naskah fiksi saya yang masih tidur cantik di sebuah penerbit mayor. Naskah itu memenangi Lomba Qur'anic Writing beberapa tahun lalu.

Nah, dari uraian tersebut. Sila berdiskusi santun jika ada yang ingin ditanyakan. :))

Komentar

Postingan Populer