Menjadi Ibu Rumah Tangga Produktif


Bagi sebagian orang, aktivitas ibu rumah tangga (IRT)—yang banyak berada di ranah domestik—tidaklah keren dan ‘berkelas.’ Bagaimana bisa keren, lha wong setiap hari cuma mengurusi area dapur, anak, dan segala tetek bengeknya? Setidaknya inilah yang dirasakan oleh sebagian besar ibu rumah tangga.

 “Saya cuma ibu rumah tangga saja,” katanya setiap kali ditanya apa profesinya. Dengan nada rendah, dan intonasi suara yang sama sekali tak berwarna.

“Setiap hari sih, kerjaan saya cuma ngurus anak sama suami,” ucap Rani (35 tahun) dengan malu-malu.

“Malu kadang. Jadi perempuan kok tidak produktif,” komentar Nila (40 tahun) di lain kesempatan.
Apalagi jika julukan IRT ini ditambahkan dengan kata ‘murni.’



Ya, ibu rumah tangga murni yang kegiatannya benar-benar terpusat seluruhnya di rumah. Padahal, menurut sebagian orang aktivitas ibu rumah tangga ini bisa digantikan dengan menggaji asisten sekian ratus ribu rupiah hingga sejuta lebih.

Rasa tak berdaya tersebut, akan semakin bertambah manakala teman-teman si IRT melenggang di depannya dengan karir gemerlap. Wanita karir dengan seabrek prestasi.


Sebaliknya, ada pula IRT yang berkarir di luar rumah. Memiliki kantor mentereng, dan gaji bulanan yang nilainya tak kalah dengan nafkah pemberian suami. Tetapi, semua ini harus dibayarnya dengan harga mahal. Hatinya selalu dihantui rasa cemas.

Bagaimana dengan nasib anak-anaknya yang masih kecil? Apakah baby sitter memberikan yang terbaik untuk mereka? Bagaimana sikapnya dengan lingkungan kerja yang tidak islami? Tuntutan harus berpakaian fashionable dan rentan terkena kekerasan seksual dari rekan kerja?

Belum lagi keadaan rumah yang tidak pernah rapi. Terbengkalai. Berantakan, dan selalu menimbulkan masalah baginya, setiap kali IRT pekerja kantoran ini pulang. Ditambah lagi jika ada deadline pekerjaan dari kantor, bisakah ia bersikap ramah pada suami dan anak?

Ibu rumah tangga sebenarnya bisa tetap produktif walau pusat kegiatannya hanya di sekitar rumah saja. Apalagi di era digital dan internet ini. Sesuatu yang dahulu tidak bisa dilakukan di rumah, bisa saja dikerjakan dengan hanya membuka laman internet.

Memahami Makna Produktif
Islam menjunjung tinggi produktivitas. Coba saja tengok firman Allah Swt. dalam Surah Al-Insyirah ayat 7.

فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ
“Maka bila engkau telah selesai (pada sebuah urusan), maka bekerja keraslah (untuk urusan yang lain).”

فَرَغتَ   berasal dari kata فَرَغَ   yang artinya adalah gelas yang kosong. Layaknya gelas yang sebelumnya terisi dengan air kemudian dikosongkan.

Maksudnya adalah kehidupan mukmin yang terisi dengan berbagai aktivitas kemudian berganti dengan aktivitas lainnya. Perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Seperti ritme perputaran waktu yang tak pernah putus. Aktivitas yang memberikan bermanfaat. Secara silmultan dan tak pernah terhenti. Demikianlah tuntutan dari Allah untuk kehidupan seorang mukmin.

 Ibnu Katsir menyatakan, bahwa maksud ayat tersebut adalah perpindahan dari sebuah aktivitas ke aktivitas lainnya. Apabila seseorang telah selesai mengurus permasalahan duniawi maka hendaklah ia segera kembali (beribadah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh.

Islam tak menghendaki kehidupan mukmin jauh dari nilai-nilai ibadah. Setiap waktu yang dimiliki mukmin seyogyanyalah diisi dengan kegiatan yang memberi manfaat. Bernilai pahala dan untuk meraih ridha Allah. Inilah makna produktif yang sebenarnya.

Pun demikian bagi muslimah yang menyandang predikat sebagai ibu rumah tangga. Makna produktif yang dimilikinya tentunya yang sesuai dengan nilai-nilai syariat. Bukan semata kemanfaatan ekonomi belaka. Sehingga, ia tidak terjerembab dalam dilema yang berkepanjangan antara pekerjaan dan rumah tangga.

Setiap Pilihan Memiliki Konsekuensi
Setiap pilihan menimbulkan sebuah konsekuensi. Demikian halnya, jika seorang IRT berkeinginan untuk lebih berkiprah secara produktif. Bagaimana ia bisa menjadi ibu rumah tangga dengan tingkat produktivitas tinggi. Tentu saja, suami dan anak-anak menjadi skala prioritas utama sehingga semua hal yang nanti dikerjakannya tidak berantakan.

Dari sinilah segala aktivitas produktif ibu rumah tangga bisa dilakukan. Bukankah Nabi Muhammad Saw. bersabda,

“…. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Perempuan adalah penanggung jawab di rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai tanggung jawab.” (HR. Muttafaqun alaih)


Rumah adalah pusat kegiatan ibu rumah tangga. Di sinilah kiprah utamanya dibutuhkan. Rumah ibarat sarang yang harus diisinya dengan segala karya dan aktivitas berguna. Salah satu karya yang paling ditunggu umat adalah bagaimana ia bisa mencetak generasi rabbani yang berkualitas.

Banyak contoh dari kiprah para shahabiyah. Bagaimana Fatimah binti Rasulullah radhiyallahu anha menjadikan rumah dan keluarga sebagai poros kehidupannya. Melakukan segala aktivitas dengan tangannya sendiri. Hingga tangan beliau lecet-lecet karena harus menumbuk gandum. Mendidik putra-putranya dengan luar biasa.

Atau bisa jadi, selain berkiprah untuk keluarga, dari rumah pula seorang ibu rumah tangga bisa melakukan banyak aktivitas bernilai ekonomi. Seperti halnya, Khadijah radhiyallahu anha yang mampu mengendalikan bisnis raksasanya dari rumah, sekaligus menjadi istri dan ibu yang hebat.

Masih banyak contoh lainnya yang bisa kita ambil dari kiprah para shahabiyah. Islam tidak mengerdilkan posisi perempuan, justru Islam mengangkatnya pada posisi yang tinggi dan penting.

Sebab itulah, untuk memulai kiprah produktifnya, ibu rumah tangga haruslah berdialog dengan suami. Bagaimana risiko bagi anak-anak jika ibu lebih sibuk? Bagaimana bekerja sama untuk menyelesaikan urusan pengasuhan anak-anak?

Bagaimana manajemen pembagian waktu yang ideal?

Jika suami telah memberikan dukungan dan kepercayaan. Tentu saja, jalan luas terbentang lebar untuk berkiprah secara produktif.

Tak Direncanakan, Usia Makin Tidak Produktif
Jangan pernah menggunakan filosofi biarkan hidup mengalir bagai air menjadi panduan dalam hidup kita. Setiap waktu, selayaknya direncanakan dengan baik. Sebab, walaupun sudah terencana dengan baik terkadang masih juga banyak luputnya.

Coba kita membuat hitung-hitungan sederhana. Jika kita dianugerahi umur 50 tahun, maka setiap hari kita menghabiskan waktu 30 menit untuk makan. Tiga kali makan dalam sehari maka setiap hari kita habiskan waktu 1,5 jam untuk makan. Atau sekitar 27.375 jam selama 50 tahun hanya untuk makan saja. Itu setara dengan 3 tahun. Pun jika kita tidur selama 8 jam sehari, maka kita membutuhkan setidaknya 146.000 jam atau 16 tahun hanya untuk tidur!

Belum lagi aktivitas rutin ala manusia modern sekarang. Online di dunia maya. Jika sehari kita habiskan 3 jam untuk bertemu di sosial media, maka 54.750 jam atau setara dengan 6 tahun. Nah, jika tidak direncanakan mulai sekarang, usia kita bisa menjadi tidak produktif.

Produktif karena Terbiasa
Ada beberapa bidang yang bisa dicapai ibu rumah tangga untuk produktif di dalamnya. Misalnya saja dalam bidang kerumahtanggaan. Ibu rumah tangga mampu menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Jika misalnya dalam 4 jam di pagi hari segala aktvitas bisa dilakukan, kenapa tidak menjadwalnya demikian? Sehingga, setelah itu IRT bisa beralih untuk menggarap bidang lainnya.

Di bidang ibadah, coba saja catat amalan-amalan wajib dan sunnah yang berusaha ditingkatkan. Menjadikan kualitas ibadah menjadi lebih baik lagi. Tilawah, qiyamul lail, puasa sunnah, shalat rawatib, shalat dhuha dan lain-lain. Buat target yang mudah kita capai. Evaluasi setiap pekan. Usahakan adanya grafik meningkat sehingga kita bisa lebih bersemangat.

Di bidang finansial, tidak ada salahnya ibu rumah tangga mencoba bisnis dari rumah. Tentu saja ini pilihan. Kini, bisnis online yang berbasis sosial media banyak digunakan oleh ibu-ibu muda sehingga mampu meraih sukses. Jika berminat, tidak ada salahnya menggunakan kesempatan ini sebagai peluang usaha.

Di bidang pencapaian kualitas diri, ibu rumah tangga sebaikanya haus akan ilmu. Selain dengan membaca bisa pula dengan mengikuti seminar-seminar. Untuk mengagendakan hal ini, IRT bisa meminta bantuan suami dan asisten jika diperlukan.

Kunci utama meningkatkan produktivitas adalah manajemen waktu yang baik, kerjasama dengan pasangan, dan kesungguhan diri untuk belajar. Selamat mencoba. (Puspita RM @oase_hati) *Artikel ini pernah dimuat di Majalah Hukum dan Pengetahuan Agama Islam Almuslimun edisi Maret 2015

Komentar

Postingan Populer